Showing posts with label Alam. Show all posts

Liburan Sambil Belajar? Bisa Banget di Wisata The Samingah Wised

Liburan di The Samingah Wised

Kalau weekend asyiknya tuh jalan-jalan bareng anak dan suami. Meskipun nggak jauh, tapi cocoklah untuk melepas penat setelah beberapa hari, otak, pikiran, hati, dan tenaga diperas untuk mencari pundi-pundi rupiah. Sampai rela ninggalin anak, jadi pas ada kesempatan libur ya hangout bareng gitu. Biar anak senang, emak juga ceria meskipun dompet suami akan cepat menipis kalau kami liburan, hihihihi.

Liburan kali ini cukup dekat dari rumah, masih di wilayah Kabupaten Purbalingga, tepatnya di Limbasari, Kecamatan Bobotsari. Buat warga Purbalingga dan sekitarnya sudah pasti tahu nih, saya ke mana.

Ya, tidak salah lagi, saya ke The Samingah Wised (Wisata Edukasi) Limbasari. Salah satu destinasi wisata yang belum lama dibuka di Purbalingga. Cocok buat liburan keluarga bareng anak kecil.

Lokasi The Samingah Wised Limbasari


The Samingah Wised

Namanya saja ada ‘Limbasari’, tentu saja terletak di Dusun 3, Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Kode Pos: 53353. Di Desa Limbasari sebenarnya ada juga wisata lain yakni River Tubing. Saya juga pernah menjajal pengalaman River Tubing yang cerita lengkapnya bisa dibaca di sini: Pacu Adrenalin di Wisata Air Limbasari.

Selain itu, di Limbasari juga terkenal dengan karya batiknya yang memesona. Pokoknya nggak salah deh kalau liburan ke Desa Limbasari, banyak pilihan meski hanya satu desa.

Harga Tiket Masuk ke The Samingah Wised


Harga tiket ada dua macam, yang pertama di weekdays (Senin - Jumat) sebesar Rp 15.000/orang, sedangkan di hari Sabtu dan Minggu sebesar Rp 20.000/orang. Waktu kami ke sini pas hari Minggu jadi tiketnya Rp 40.000 untuk bertiga. Anak kami masih kecil jadi belum masuk hitungan.

Bersantai Menikmati Indahnya Alam di The Samingah Wised Limbasari


Datang belajar dan bermain
Kegiatan yang bisa dilakukan di The Samingah Wised.
Sumber: thesamingahwised.com

Pada dasarnya, The Samingah Wised ini merupakan wisata edukasi. Bahkan, ada 9 pos edukasi yang ada di dalamnya. Dan setiap pos ada pendamping atau guru yang menemani di situ.

Yang pertama, ada 99 anak tangga yang melambangkan asmaul husna. Hal ini cocok untuk anak-anak yang sedang mulai belajar tentang agama Islam.

Yang kedua, ada Dome Museum Tani Indonesia. Dan ini yang paling unik menurut saya, karena di sini pengunjung bisa tahu dan melihat pertanian yang ada Indonesia khususnya di Wilayah Kabupaten Purbalingga.

Yang ketiga, lahan basah atau yang sering kita kenal dengan sawah basah untuk menanam padi.

Yang keempat, lahan kering yang berisi tanaman/tumbuh-tumbuhan yang bisa membuat udara semakin sejuk meskipun di cuaca yang sangat panas begini.

Keseruan di The Samingah Wised

Yang kelima
, budidaya ikan, mengajak pengunjung untuk menikmati proses budidaya ikan. Buat yang bawa anak-anak sudah pasti seru banget nih.

Yang keenam, bermain menangkap ikan di sungai. Di sini, ada aliran sungai kecil yang berisi ikan-ikan yang bisa kita tangkap. Yang enggak takut basah-basahan harus cobain ini.

Yang ketujuh, game paintball, ini seperti bermain perang-perangan sih. Biar anak-anak belajar tentang sejarah perang yang terjadi di Indonesia.

Yang kedelapan, aksi mini tubing. Ya, di wisata ini ada konstruksi saluran irigasi peninggalan kolonial bisa dimanfaatkan untuk mini tubing di sungai.

Yang kesembilan, ada 3 kolam renang dengan air yang jernih. Buat yang suka berenang, cocok banget main di The Samingah Wised.


Dari 9 arena yang tersedia di The Samingah Wised, saya hanya menikmatinya beberapa saja. Di antaranya menjelajahi lahan sawah dan bersantai di lahan kering terdapat gazebo atau tempat duduk untuk bersantai.

Pemandangan di The Samingah Wised

Saya, suami, dan anak, sempat berkeliling di area sekitar. Apalagi sekitar kolam renang, pengen renang tapi nggak bawa baju renang. Jadinya hanya mampir di toiletnya saja. Hahahaha. Setelah itu lanjut melihat ikan-ikan yang di sungai, anak saya sebenarnya suka main ikan, tapi lagi-lagi kami enggak bawa ganti. Jadi ya, skip saja permainan ini.

Santai di The Samingah Wised
Kalau capek bisa nyantai di sini



Kami mencari tempat duduk yang rindang untuk menikmati pemandangan. Ya, konsep di sini memang untuk menikmati pemandangan sambil ngemil. Untuk urusan ngemil, tenang, di sini juga ada yang jualan.

Setelah cukup lama karena kami dari pagi datang, selepas shalat dzuhur kami melanjutkan perjalanan ke Purwokerto. Anak kami minta mandi bola di Happy Edutown Rita SuperMall Purwokerto.

Fasilitas yang Ada di The Samingah Wised


Fasilitas yang tersedia di The Samingah Wised cukup banyak, seperti:

1. Kamar Mandi/Toilet
2. Mushola
3. Dome Penginapan
Buat teman-teman yang mau menginap atau staycation di sini juga boleh lho. Bisa reservasi ke nomor 082210888845


4. Gazebo/tempat bersantai di pinggiran sawah
5. Kantin tempat jajan. Kami di sini jajan mendoan, sosis goreng, minuman dingin dan kopi. Ngemil di pinggir sawah itu enak ternyata.

Jajanan di The Samingah Wised


Penutup


Nah, buat teman-teman yang sedang galau merencakan liburan ke mana, tidak ada salahnya lho mencoba datang ke The Samingah Wised. Bisa bareng keluarga, teman, atau mungkin sendirian juga no problem.

Cerita Liburan ke Dieng, Banjarnegara – Wonosobo

Hari Minggu, 28 Mei 2023 kami sekeluarga liburan ke Dieng. Merealisasikan agenda yang sudah lama tapi dari bulan-bulan lalu terus kepending karena berbagai hal. Kami berdelapan orang terdiri dari dua orang tua kami, saya, suami, dan anak, serta tiga adik saya. Formasi cukup lengkap, kurang satu orang lagi enggak ikut yaitu adik saya yang kerja di Jakarta.

Berhubung ini perjalanan panjang, akhirnya kami sewa mobil sekaligus sopir. Kebetulan sewa mobil dan sopirnya ini teman kerja saya di perusahaan kami bekerja.

Persiapan Liburan ke Dieng


Cerita Liburan ke Dieng

Namanya juga liburan keluarga, sudah pasti rempong. Mama saya dari H-1 belanja bahan yang akan dimasak. Adik saya beli buah-buahan, eh, belum cukup juga, suami saya juga beli jajanan di minimarket. Hhh…. Saya yang biasa jalan tinggal bawa diri, baju ganti, dan air minum, geleng-geleng melihat mereka.

Minggu dini hari kami bangun, masak. Ya, tepatnya mama sih yang masak. Bikin ayam goreng, sayur kentang, sayur tempe, lalapan urap, dan nasi. Persiapan masak sampai waktu subuh, selanjutnya berbenah, mandi, salat, dan sarapan, sambil nunggu mobil datang menjemput kami.

Sesuai dengan perjanjian saya dengna teman saya (namanya Dani), jam setengah 6 sudah sampai di rumah kami. Sehingga kami bisa berangkat sesuai rencana, jam 6 pagi. Memasukan barang-barang bawaan ke mobil, dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Rupanya, sampai di Purbalingga kota, saya baru sadar tidak memakai kacamata, mau balik lagi tapi perjalanan sudah cukup jauh, jadi ya sudahlah, lanjut terus. Toh saya enggak naik kendaraan sendiri.

Perjalanan menuju Dieng kali ini lewat jalur Wonosobo agar jalan yang dilalui tidak seekstrem kalau lewat Kali Bening, Banjarnegara. Memilih jalan ini karena kami adalah pemabuk kendaraan. Pada keberangakatan ini yang mabuk di mobil adik saya yang kedua, yang lainnya mencoba tidur agar tidak pusing.

Sampai di portal menuju Dieng, kami dikenai tariff Rp 10.000/orang. Jadi kami harus bayar Rp 70.000 untuk tujuh orang. Anak saya yang masih kecil belum dikenakan tariff. Karcis tanda masuk ini berlaku untuk masuk ke Gardu Pandang Setieng, Kawasan Dieng Plateau, Tuk Bima Lukar, dan Dieng Plateau Theater. Sayangnya, kami tidak masuk ke destinasi pilihan itu. Tujuan kami adalah Candi Arjuna, Kawah Sikidang dan Telaga Warna.

Candi Arjuna yang Selalu Memikat Hati


Candi Arjuna
Kawasan Candi Arjuna

Candi yang memiliki nama Arjuna ini membuat banyak orang penasaran. Pasalnya, kisah pewayangan antara Pandawa dan Kurawa sudah turun temurun diceritakan. Dan tokoh Pandawa yang sangat terkenal adalah Arjuna.

Dalam pewayangan dikisahkan memiliki istri bernama Srikandi, sosok pria tampan rupawan yang memikiat hati wanita mana saja. Di tahun modern begini, kita hanya bisa mengagumi dan mengunjungi candinya saja.

Merupakan salah satu candi peninggalan umat Hindu, dan sampai sekarang juga masih aktif digunakan untuk tempat sembahyang bagi umat hindu. Untuk itu, toilet berada di luar kawasan candi.


Kembali lagi ke perjalanan keluarga kami. Sebelum memasuki kawasan Candi Arjuna, di perjalanan kami juga dicek lagi, apakah sudah memiliki karcis tanda masuk atau belum. Kami menunjukkannya, sehingga tak perlu bayar lagi tiket yang Rp 10.000/orang.

Akhirnya sekitar jam 10 pagi kami sampai di Kawasan Candi Arjuna. Harga tiket masuk di sini Rp 20.000/orang, tapi ini sudah merupakan tiket terusan ke Kawah Sikidang. Total untuk tiket masuk di sini Rp 140.000 untuk 7 orang. Anak kecil saya belum dikenakan tariff masuk.

Di Candi Arjuna sudah cukup ramai pengunjung, belum lagi kami juga drama karena mencari toilet yang ada di luar kawasan candi. Setelah berhasil menemukan toilet, giliran anak saya tantrum. Untungnya cuma sebentar dan mau tenang lagi di komplek Sendang Sedayu.

Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco
Nenangin anak di sekitar Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco

Setelah anak saya cukup tenang, kami kembali ke komplek Candi Arjuna. Sambil melihat-lihat candi yang selalu memikat hati, kami memperhatikan bahwa candi di sekitarnya sedang proses pemugaran. Ramai pengunjung untuk berfoto bahkan membuat video. Saya juga tak mau ketinggalan dong, ambil beberapa foto. Tapi sayang, baru sedikit foto yang diambil, anak saya tantrum lagi. Maunya pulang, enggak mau di sini. Ya sudah, kami memilih keluar dari komplek Candi Arjuna menuju tempat parkir. Jeng… jeng… kami salah pintu keluar, booo! Harusnya keluar dari pintu masuk tadi, tapi kami keluar dari pintu masuk lainnya. Akhirnya kami nyasar di tempat parkir pintu masuk lain.

Saya panik, telepon Dani untuk segera menjemput kami di parkiran, rupanya jauh dari titik kami parkir yang sebelumnya. Sambil nunggu mobil datang, saya dan suami mencoba menenangkan anak agar tidak nangis terus. Mungkin dia lapar sih… sudah saatnya makan siang juga.

Pas mobil datang, kami langsung masuk dan mencari tempat untuk makan, rupanya di pinggir jalan tempat makannya cukup berdebu. Kami melewati pintu masuk yang sebelumnya. Ke situ lagi, dan ke gazebo untuk makan dan istirahat.

Komplek pintu masuk Candi Arjuna
Anak udah tenang, emak bisa bergaya 😂
Lokasi: Komplek pintu masuk Candi Arjuna

Kami membongkar bekal yang dibawa. Makan siang di tengah-tengah pohon rindang dengan udara sejuk memang menyenangkan. Anak saya juga kembali tenang, mau makan dan bermain.

Selesai istirahat kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Sikidang. Iya, dari Candi Arjuna hanya sebentar. Hanya untuk melepas rindu yang telah tertimbun lama, terkahir kali saya ke sini itu bulan November 2018.

Kawah Sikidang Kian Memesona


Kawah Sikidang
Jangan tanya suami saya mana, jelas jadi fotografer 😁

Bagi pengunjung Kawah Sikidang yang sebelumnya masuk ke Candi Arjuna, tidak perlu membayar tiket lagi. Karena tiket Candi Arjuna dan Kawah Sikidang jadi satu. Kami cukup menunjukan tiket terusan Candi Arjuna ke petugas di depan pintu masuk Kawah Sikidang.

Liburan di Kawah Sikidang
Cucu yang nempel kek Kakeknya

Pas masuk ke Kawah Sikidang, saya langsung takjub. Di tahun 2018 silam, Kawah Sikidang belum terawat sebagus ini, bahkan dulu jalannya masih becek karena tanah liat. Jujur saja, perkembangan Kawah Sikidang ini patut diacungi jempol. Mantap banget.

Ditambah lagi kini banyak gazebo dan tempat duduk untuk beristirahat. Kami sekeluarga merasa bahagia bisa singgah di Kawah Sikidang. Selain dari panorama dan cuaca yang mendukung, jalur yang dilalui juga sudah bagus dan lebih safety.

Kawah Sikidang
Adik bungsu dan Mama

Bapak saya juga kagum, bahkan sempat mengatakan, “Kayu yang buat jembatan ini bukan sembarang kayu, ini salah satu jenis kayu besi, meski kena panas dan hujan akan awet tidak mudah rapuh. Bikin jembatan sepanjang ini pas ngabisin duit milliaran.”

Di sisi lain, anak saya juga ceria. Dia malah minta turun jalan sendiri. Melihat asap di Kawah Sikidang, dia berteriak, “Gunung Meletus!” Ha.. bocil… bocil….

Liburan di Kawah Sikidang
Anak senang, emaknya tak kalah girang

Di Kawah Sikidang kami juga tidak terlalu lama, tapi yang bikin lama adalah pada saat keluar dari pintu keluar menuju parkiran. Kami harus melalui beberapa putaran untuk menuju tempat parkir. Sepanjang jalan ini banyak sekali pedagang yang menjual oleh-oleh, dan kami pun tergoda untuk membeli oleh-oleh untuk Dani juga untuk kami sendiri.

Kawah Sikidang

Sambil jalan melewati pedagang lainnya, saya merasa rugi. Makin dekat dengan parkiran, maka harga yang ditawarkan makin murah. Kayak Carica, saya beli Rp 10.000/bungkus, di penjual yang makin dekat pintu parkir ada yang Rp 20.000/3 bungkus, ada juga yang Rp 7.500/bungkus. Haah, ini pelajaran buat kami, kalau belanja oleh-oleh di tempat wisata, jangan langsung beli, belinya nanti dekat tempat parkir saja.

Pada saat jalan menuju pintu keluar, kami merasa sudah sangat lelah, juga belum salat duhur. Untungnya di dalam ada Mushola kecil. Kami bisa istirahat sejenak untuk salat dan melepaskan penat. Saya kaget pada saat wudhu, airnya dingin banget.

Setelah selesai, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat parkir yang entah kapan sampai. Dengan wajah kucel, kaki pegel, dan lain sebagainya, kami lanjut terus. Bahkan dari Kawah Sikidang ini kami lanjut ke Telaga Warna.

Telaga Warna yang Menyejukkan Hati dan Pikiran


Danau Telaga Warna
Spot foto di Danau Telaga Warna

Siapa yang mau damai, beban pikiran merasa terkurangi? Coba menepi ke Telaga Warna ini.


Sebelum masuk ke Telaga Warna, pada saat di parkiran kami ditawari paket naik Jeep dengan biaya Rp 250.000/jeep. Bisa muter-muter ke beberapa lokasi, dan melihat keindahan Telaga Warna dari atas. Tadinya saya mau mencoba, tapi bapak saya tidak mau. Jadi ya sudah masuk yang biasa saja.

Harga tiket masuk Telaga Warna Rp 22.500/orang. Kami berenam yang masuk, jadi totalnya Rp 135.000,-. Suami saya sudah lelah jadi enggak ikut masuk, dia nunggu di parkiran sambil ngemil dan medang sama Dani.

Tiket Rp 22.500/orang ini, sebenarnya saya rada-rada melongo sih. Karena tiket ini terdiri dari 3 tiket. Yang pertama tiket dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar Rp 7.500/orang, yang kedua Jasa Penyediaan Sarana Wisata Alam Dieng –Wonosobo Rp 12.500/orang, dan Asuransi Rp 2.000/orang.

Telaga Warna

Telaga Warna ini memang cocok untuk healing karena ada danau yang tenang dengan rimbunnya pepohonan, serta udara yang segar dan angina sepoi-sepoi. Jujur saja, saya di sini jadi ngantuk, mungkin karena sudah lelah juga bangun yang dini hari.

Kami mencoba menelusuri hutan yang mendekati Telaga Pengilon. Cukup melelahkan memang, tapi kami masih sanggup untuk menyusuri jalan setapak di hutan.

Danau Telaga Warna Wonosobo
Pose dengan wajah lelah, 😂

Setelah merasa puas karena terlalu lelah, kami putuskan untuk keluar dari Telaga Warna. Biar tidak terlalu jauh, kami keluarnya dari samping pintu masuk. Hal ini biar tidak terlalu muter-muter tidak karuan yang bikin kaki makin gempor. Kalau saya mungkin masih kuat, tapi mama dan adik-adik saya sudah pada ngeluh.

Okay, akhirya kami kembali lagi ke tempat parkir, masuk mobil, dan bersiap pulang ke Purbalingga.

Perjalanan Pulang yang Tenang Karena Kelelahan


Liburan ke Dieng
Akhirnya, bisa juga foto sama suami

Kalau perjalanan berangkat tenang karena takut pada mabuk, kini pulangnya tenang karena sudah tidak berdaya lagi. Sepanjang perjalanan cukup hening. Pada saat sampai di kota Wonosobo, saya pengen nyicipin Mie Ongklok saja enggak bisa. Pada enggak mau turun katanya sudah mager dan capek. Ya sudah, lanjut terus ke Banjarnegara, dan mencari tempat ibadah karena kami belum salat Ashar.

Kami berhenti di salah satu masjid di Kota Banjarnegara untuk salat Ashar. Tak disangka, rupanya sesuatu terjadi pada saya. Saya mabuk, Gaaesss…. Untungnya sudah di dalam toilet masjid bukan di mobil.

Seharusnya saya tuh ambil air wudhu saja, tapi malah mabuk dulu. Jadi lama deh di dalam toilet. Yang lain sudah pada selesai salat, saya baru mau mulai salat. Haaa… saya lelah juga rupanya, ditambah lagi perut tidak mendukung.


Pas sampai di Purbalingga kami memutuskan beli bakso seberang Perikanan Purbalingga. Bakso di sini gede-gede dan enak banget. Tapi sayangnya pada enggak mau turun juga. Akhirnya pesan 8 bungkus, yang 1 bungkus untuk tambahan oleh-oleh Dani.

Biaya yang Dikeluarkan untuk Liburan Keluarga ke Dieng


Liburan keluarga ke Dieng ini kami mengeluarkan cukup banyak bagi golongan orang-orang seperti saya yang masih mendang-mending. Ya, maklum sih, karena pakai mobil. Biasanya yang liburan cuma saya dan suami cukup pakai motor. Berikut rincian biaya yang kami keluarga untuk liburan ke Dieng bareng keluarga. Siapa tahu bisa buat referensi teman-teman.

Bekal makanan dan jajan = Rp 400.000,-
Sewa mobil (sudah termasuk sopir, uang makan, bensin, dan parkir) = Rp 950.000,-
Tiket masuk Candi Arjuna dan Kawah Sikidang Rp 20.000 X 7 orang = Rp 140.000,-
Tiket masuk Telaga Warna Rp 22.500 X 6 orang = Rp 135.000,-

Oleh-oleh untuk sopir (optional):
Keripik anggur = Rp 15.000,-
Keripik mentah = Rp 10.000,-
Carica = Rp 10.000,-
Bakso = Rp 22.000,-

Oleh-oleh untuk sendiri:
Carica = Rp 20.000,-
Keripik anggur = Rp 15.000,-
Keripik mentah = Rp 10.000,-
Kentang = Rp 15.000,-
Cabai Dieng = Rp 20.000,-
Belerang = Rp 10.000,-

Jajan:
Mie cup = Rp 20.000,-
Kentang goreng = Rp 10.000,-
Bakso = Rp 176.000

Total biaya = 1.978.000,-

Bisa dikatakan total yang dikeluarkan Rp 2 juta, tapi ini belum termasuk jajan adik saya, karena saya enggak tahu mereka pada jajan apa saja, termasuk beli buku-buku bekas di pintu keluar Kawah Sikidang.

Penutup


Perjalanan ke Dieng itu enggak hanya bawa uang atau bekal saja, tetapi juga perlu fisik yang kuat. So, buat teman-teman yang mau ke Dieng, jaga kesehaan dari sekarang.

Biasanya di bulan Juli merupakan bulan yang cakep untuk liburan ke Dieng meskipun udara dinginnya kian menusuk. Selain itu, ada informasi wisata Candi Arjuna dan Kawah Sikidang akan ditutup selama satu tahun mulai akhir Juli 2023 hingga Juli 2024.

Yuk, segera agendakan sebelum ditutup.

Informasi Sewa Mobil Purbalingga dan Sekitar


Oh ya, saya sewa mobil dari rumah saya di Purbalingga untuk waktu sehari, enggak pakai jam-jam-an. Buat teman-teman sedang mencari informasi rental mobil wilayah Purbalinga, Banyumas, dan sekitarnya, bisa menghubungi:

  • Arif Pujianto: 0858-6961-6562
  • Dani Sigit S: 0858-0295-8857
  • Andri Purwoko: 0857-3503-3335

Menikmati Keindahan Flores bersama Indo Flores Trip

Flores Island Tour
Sumber fofo: Indo Flores Trip

Keindahan wilayah Nusa Tenggara Timur memang tak perlu diragukan lagi. Dari tahun ke tahun selalu menjadi tempat buruan wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Apalagi Flores Island.

Ya, siapa sih yang tidak tahu Flores, sebuah pulau yang teretak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur ini selalu memikat hati. Banyak sekali ragam budaya, seni, dan wisata alam yang menarik dan bisa dieksplor oleh siapa saja.

Tujuan Wisata di Flores, Nusa Tenggara Timur


Wae Rebo Village
Visit traditional house, Wae Rebo Village.
Sumber: Indo Flores Trip

Berikut adalah beberapa tujuan wisata untuk explore Flores Island.

1. Puncak Kelimutu


Tempat pertama yang bisa dikunjungi ketika berada di Flores ialah Puncak atau Gunung Kelimutu yang sangat menakjubkan. Karena kita mampu melihat pesona alam yang beda dari yang lainnya. Ya, ada danau tiga warna, yang merupakan fenomena alam yang paling langka di Flores.

Jika datang pada saat cuaca yang bersahabat, disarankan datang sebelum terbit fajar, karena di Gunung Kelimutu, tempat terbaik untuk menikmati sunrise.

2. Wae Rebo


Sebuah desa dengan kearifan lokal dan dikelilingi lukisan alam yang menakjubkan. Kalau ke Flores, wajib banget mampir ke sini untuk menikmati udara sejuk, menyapa para penduduk setempat dan mengabadikan momen dengan background rumah adat yang memesona.

3. Labuan Bajo


Siapa sih yang tidak ingin berlibur di Labuan Bajo? Hampir semua kalangan menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi impian yang harus dikunjungi.

Pasalnya, di sana, banyak sekali tempat yang menawan hati. Dari Pulau Kelor bisa menikmati dengan santai betapa damainya pulau kecil lainnya di sekitar puncak. Kemudian snorkeling di Pulau Manjarite. Airnya begitu jernih sebening kaca, sungguh sangat memanjakan wisatawan.

Tak mau kalah juga, bisa menikmati sunset di Pulau Kalong sambil menyaksikan Flying Fox terbang dari perahu. Oh, nice!

4. Pulau Komodo


Rasanya tak kan pernah lengkap ketika berlibur di Flores tapi tidak menginjakan kaki di Pulau Komodo. Sebuah pulau yang sangat ikonik karena menjadi habitat hewan purba yang masih hidup, yakni Komodo.

Di pulau ini, bisa melihat secara langsung Komodo yang ada. Untuk keselamatan dan kenyamanan para wisatawan, di Pulau Komodo ini ada pemandu wisata profesional. Di sini kita dapat melakukan Flores Overland sambil melihat para komodo. Dilanjutkan juga berfoto yang membelakangi komodo.

Tak lupa juga menjajal Komodo boat tour untuk menantang adrenalin kita. Pasti seru banget ya, Sobat Traveling.

5. Pantai Pink


Pantai pada umumnya berpasir putih atau hitam. Namun, di Pantai Tangsi yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Timur ini memang unik. Bagaimana tidak unik, pasir di pantai ini berwarna pink, sehingga pantai ini lebih dikenal dengan sebutan 'Pantai Pink'. Sungguh fenomena alam yang menakjubkan dan menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan. Meskipun, untuk sampai di sini perlu perjalanan berkendara yang cukup lama sekitar 2 jam dari Kota Mataram. Tapi, kalau sampai di sini bakalan puas dan terbayarkan semua perjuangannya, ya.

Itulah 5 tempat yang bisa dikunjungi ketika kita liburan di Nusa Tenggara Timur. Kalau teman-teman ingin menikmati keindahan lainnya dan makin banyak tempat, bisa sekali mengeksplor Flores Island Tour dengan agenda yang matang.

Penutup


Dengan begitu banyak keindahan yang membentang di Flores, NTT, rasanya membuat siapa saja ingin menginjakkan kaki di sana. Namun, terkadang ada yang bingung harus menghubungi jasa tour mana yang terpercaya.

Senangnya sekarang hadir Indo Flores Trip yang mampu menemani kita Explore Flores Island dengan nyaman, aman dan harga terjangkau. Cocok nih jadi pilihan kita yang mau liburan ke Flores.

Yang membuat saya penasaran juga ialah Wae Rebo Village Flores. Beneran unik deh. Kalau teman-teman ada kesempatan berkunjung ke Flores, mau ke mana saja nih? Share di kolom komentar, ya. Terima kasih. :)

Tak Sengaja 'Nyasar' ke Pantai Pedalen

Pantai Pedalen

Halo, sobat Traveling, apa kabar? Sejak pandemi saya jadi sangat-sangat jarang bepergian untuk jalan-jalan. Membuat blog ini hampir jamuran karena tidak pernah dirawat dan diupdate. Bahkan nyaris lupa kalau punya traveling ini.

Untuk memulai dan memicu semangat, saya mencoba ceritakan ketika liburan ke Pantai Pedalen yang terletak di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Pantai yang masih asing ini cukup eksotis untuk dikunjungi wisatawan, lho.

Lokasi Pantai Pedalen, Kebumen


Pantai Pedalen

Perjalanan ke Pantai Pedalen aslinya tidak begitu disengaja, karena awalnya sudah ke Pantai Ayah. Berhubung hari masih siang dan sangat cerah, sayang sekali kalau harus langsung pulang ke rumah. Akhirnya saya, suami, dan kedua adik laki-laki saya meneruskan perjalanan ke timur.

Jarak ± 800 meter dari jalan raya Pantai Ayah, ada pertigaan kecil yang menegarah ke Pantai Pedalen. Okay, kami belok ke situ. Arah ke barat (kalau tidak salah, semoga saya tidak keder :D), masuk sekitar ± 700 meter.

Pantai Pedalen ini masih masuk dalam Desa Agropeni, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Baca juga: 


Rute Menuju Pantai Pedalen


View Pantai Pedalen
Sama 2 adik cowok yang gangteng-ganteng :D

Buat teman-teman yang mau liburan ke Pantai Pedalen, disarankan hati-hati, ya. Tentu saja jalannya banyak berkelok dan naik turun. So, kudu ekstra hati-hati agar selamat sampai tujuan dan kembali lagi di rumah. Dan saya tidak menyarankan untuk liburan bareng anak kecil, kecuali kalau tidak naik ke perbukitannya.

Tiket Masuk Pantai Pedalen


Sebelum masuk di kawasan pantai, di tengah jalan ada loket pintu masuknya. Saat itu tiket masuk hanya dibanderol Rp 7.000 per orang dan Rp 5.000 untuk parkir dua sepeda motor. Sungguh, ini tiket masuk wisata yang murah meriah, sih.

View Pantai Pedalen


View dari atas bukit Pantai Pedalen
View Favorit

Sampai di lokasi, kami memarkirkan sepeda motor. Cuaca cerah, dengan terik matahari yang menyapa kala itu. Dengan semangat, kami menuju ke perbukitan di atas Pantai Pedalen. Ternyata, cukup ngeri juga oey.

Oh ya, for your information ya, Guys. Di Pantai Pedalen ini terdapat tower/gardu untuk melihat bulan. Di Pantai Pedalen ini sudah menjadi tempat untuk melihat hilal dan sudah tercantum dalam Kementrian Agama RI. 

Selain itu, ketika kita nanjak terus. Ada spot atau taman untuk berswafoto, serta bisa menyaksikan pemandangan Pantai Ayah dari ketinggian. Cukup menarik, juga perlu hati-hati untuk naik ke perbukitan ini. Siapkan tenaga ekstra juga, ya.

Bukan hanya itu juga pemandangan dari Pantai Pedalen, di bagian bawah, kita bisa menikmati pantai secara langsung. Bahkan kalau datang di waktu yang tepat, bisa bertemu dengan nelayan secara langsung. Karena di Pantai Pedalen banyak kapal-kapal nelayan yang berjejer rapi.

Penutup


Spot foto Pantai Pedalen

Okay, Guys.
Ceritanya singkat dulu ya. Saya belum menemukan mood kembali untuk menulis. Semoga teman-teman bisa mendapatkan info yang bisa menjadi referensi untuk liburan di pantai. Karena di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, banyak sekali pantai yang bisa dikunjungi untuk berwisata, baik solo traveling maupun keluarga. Salah satunya ialah Pantai Pedalen yang cocok untuk solo traveling atau have fun bareng teman-teman.

Buat teman-teman yang mau traveling, jangan lupa jaga kesehatan, taati protokol kesehatan dengan ketat, ya. See you next time.

Menikmati Liburan Sambil Bermain dan Belajar di Caping Park

www.travelingku.net
Hallo, Sobat Traveling. Jumpa lagi dengan saya di blog ini. Maaf jarang update di blog yang satu ini karena biasanya nongkrong di www.erycorners.com. Tapi beberapa bulan terakhir ini memang saya jarang update sih. Nah, ini mulai mencoba kembali untuk mengaktifkan blog. Semoga bisa menjadi referensi teman-teman yang ingin liburan.

www.travelingku.net
Petunjuk arah, ke kiri Jembatan Kaca, ke kanan menuju miniatur balon udara, taman dan lainnya

www.travelingku.net
Ke Caping Park kurang afdol kalau tidak makai capingnya

Dan cerita kali ini tentang tempat wisata yang cukup hits di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yakni Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Usianya juga baru mau menginjak angka 2. Karena tempat ini baru diresmikan atau melakukan grand opening pada tanggal 01 Juni 2018. Ada yang sudah menebaknya di dalam hatikah? Tempat ini merupakan terletak di dataran tinggi lho. Dari tempat ini bisa melihat kawasan kota Purwokerto dari atas. Sangat pas untuk menghilangkan penat dan jenuh setelah beraktvitas seharian. Okay, tempat ini bernama Caping Park.

www.travelingku.net
Grand Opening Caping Park, 01 Juni 2018


www.travelingku.net
View Kota Purwokerto dari ketinggian

Caping Park Tempat Wisata dan Edukasi
Terletak di Dusun II, Desa Kebumen, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Di tempat yang nyaman dengan pemandangan yang sudah cantik dari dulu. Lokasi ini disulap menjadi sebuah tempat wisata dan edukasi bagi anak-anak. Waktu itu kami beremepat yaitu saya, Mas Bangkit, Alfi dan Syarah berkesempatan untuk menikmati sore yang indah di Caping Park. Tujuan yang paling utama tentu ke bagian yang paling hits, yaitu Jembatan Kaca. Di sini kami mengantri agar bisa foto di jembatan yang panjangnya kurang lebih 20 meter dan terbuat dari kaca.

www.travelingku.net
Jalan di atas kaca itu rasnya...

Bagi yang takut ketinggian memang ngeri kalau jalan di sini. Terlebih ketika melihat ke bagian bawah, sudah pasti bakalan takut karena seperti berjalan di awang-awang. Tapi, tidak perlu khawatir, kacanya tebal dan jembatannya juga dibuat kokoh, sehingga aman. Namun begitu, untuk lebih aman dan terkendali. Pengunjung yang masuk ke Jembatan Kaca ini dibatasi maksimal lima orang dan waktunya juga dibatasi lima menit, karena harus bergantian dengan wisatawan lainnya. Serta alas kaki kita juga mesti dilepas, diganti dengan sandal yang sudah disediakan oleh pengurusnya.

www.travelingku.net
Akhirnya, bisa juga di ujung jembatan

Waktu itu kami bertiga yang main ke Jembatan Kacanya, karena Mas Bangkit entah di mana, ya maklum orang sibuk. Wahahaha, jadi saya, Syarah dan Alfi yang asyik foto-foto di jembatan kece tersebut. Sensasi yang cukup luar biasa juga kami rasakan. Iya, kami cukup takut juga ternyata berjalan di kaca dan melihat ke bawah itu kayak jalan melayang. Saya lihat juga ada yang enggak jadi karena takut.

www.travelingku.net
Asyik, dapat foto begini, cakep :D

Setelah batas waktu lima menit yang diberikan untuk berfoto-foto di Jembatan Kaca, kami mencoba spot selfie lainnya. Ada miniatur Balon Udara, Pohon yang diberi warna-warni pita, kemudian taman dan beberapa spot jembatan lainnya yang cukup kece. Dan yang lainnya ialah kami bisa melihat peternakan sapi, kelinci dan kambing. Di sini, bisa banget lho memberikan makanan kepada binatang piaraan.

www.travelingku.net
Udah kayak balon udara beneran, kan?

Kiri ke kanan: Alfi, saya, Syarah, Mas Bangkit

Puas keliling ke sana-sini, kami capek juga. Akhirnya kami berpamit pulang, terlebih hari sudah cukup petang, sudah hampir setengah enam sore. Suami saya sudah menjemput di parkiran. Alfi dan Syarah mereka pulang berdua, dan yang ditinggal sampai malam tentunya Mas Bangkit karena ada keperluan lain.

www.travelingku.net
2 ekor sapi yang berhasil kami kunjungi, yang lain penuh sesak dengan amak-anak yang berantusias memberikan makanan
www.travelingku.net
Di Jembatan taman Caping Park, Syarah and me

Dan saya sama suami juga melanjutkan perjalanan untuk makan di Purwokerto bersama teman-teman yang sudah menunggunya juga. Hari yang melelahkan memang, tapi menyenangkan.


Selang dua hari, saya dan Syarah meminta foto yang ada di kameranya Alfi, tapi naas, enggak semua foto tersimpan, karena memory full dan kameranya mau dipakai untuk hal lainnya, sebelum foto-foto dipindahkan ke laptop, langsung didelete. Ya sudah, saya dan Syarah menjerit histeris, foto alay kami tak tersimpan. Hahahahaha. Berharap bisa main lagi ke Caping Park, karena makin ke sini makin bagus juga, banyak penambahan spot wisatanya.

Okay, itulah cerita kami di Caping Park. Untuk tiket masuk Rp 20.000/orang di weekday. Rp 25.000/orang di weekend.


Sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Terima kasih sudah berkunjung. :)

Caping Park

Bermain - Berlibur - Belajar
Buka: Pukul 08.00 - 18.00 WIB
Instagram: @capingpark 
Contact Person: +62 812-2579-6606 (WA)

Sepenggal Cerita Liburan di Pantai Ayah

www.erycorners.com
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, bahwa saya pernah ke Pantai Ayah untuk menikmati sunset. Dan kali ini tentang Pantai Ayah pun belum berakhir. Ini Ketika saya datang di libur panjang lebaran. Saya datang bersama suami, dan dua adik laki-laki saya. Awalnya itu kami mau ke Jogja, tapi jalannya macet parah. Daripada saya jengkel sepanjang jalan, akhirnya pas di daerah Kebumen, kami ambil arah ke kanan menuju Kecamatan Ayah. Okaylah, akhirnya ke Pantai Ayah lagi. Tiket masuk per orang Rp 10.000,00. Untuk tiket parkir kendaraan lupa saya, karena enggak saya baca secara seksama juga. Yang penting masuk ke kawasan wisata Pantai Ayah atau yang dikenal juga dengan Pantai Logending.

Berhubung ini momen libur lebaran, tentu pengunjung yang datang sangat padat. Keunikan dari pantai ini ialah memiliki hutan bakau yang rindang. Dan cukup instagramble kalau foto di jembatan yang di sampingnya terdapat hutan bakau. Sehingga enggak heran deh, banyak pengunjung yang foto-foto di situ bahkan ramai banget, padahal cuaca panas sekali. Daripada lama ngantri di situ, kami mending naik perahu. Tiket per orang untuk keliling dengan naik perahu sebesar Rp 20.000,00. Kami naik perahu kecil untuk mengitari perairan yang terdapat di Pantai Ayah. Lebih masuk ke dalam lagi ternyata banyak juga tanaman bakau di kawasan ini.

www.erycorners.com
Mari kita melaut, karena nenek moyang kita seorang pelaut (apaan sih, kagak nyambung)


Saya suka dengan pemandangan sekitar, melihat ke samping banyak tanaman bakau dan lainnya yang subur dan kaya warna hijau. Selain membuat indah pemandangan, hutan bakau juga bagus untuk mencegah terjadinya erosi abrasi pada pantai. Bisa menanggulangi bencana dan mencegah instrusi air laut. Ini penting banget, agar air laut yang ke daratan bisa dicegah atau ditahan oleh tanaman bakau, karena kalau tidak ada tanaman bakau, air laut akan masuk ke daratan dan bisa mencampuri air tawar. Sehinga air tawar rasanya ikutan asin. Dan juga sebagai tempat tinggal beberapa spesies hewan laut, mereka ada yang betah di dalam hutan bakau atau mangrove. Semoga tanaman ini tidak dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab.

www.erycorners.com
Menikmati sensai ombak kecil, asyik juga ternyata :D

Setelah mengelilingi perairan yang kurang lebih dua puluh menitan, kami mendarat di pantai. Tempat pendaratan dengan lokasi naiknya berbeda, ini di sebelah timur pantai, jadi mau enggak mau kalau mau pulang, harus melewati jembatan yang instagramable itu. Tapi panas, Guys. Buat saya ini mah bukan instagramable, karena momen pas datang di sini lagi menyenga-menyengatnya. Selain itu banyak sekali yang orang yang berlalu lalang, karena memang waktu liburan.

www.erycorners.com
Melihat yang ijo-ijo itu bikin mata adem, seger deh


Dan pada akhirnya kami juga melewati jembatan ini, mencoba mengambil beberapa foto tetapi memang pancaran wajahku itu kalah jauh dengan sinar matahari yang terik. Jalan berapa meter saja kami sudah ngos-ngosan, ketahuan kan jarang olahraga. Untung saja ada semacam pos di jembatan ini, sehingga kami berhenti sejenak, berteduh sambil menikmati angin yang cukup kencang dari laut.

www.erycorners.com
Rehat sejenak dulu dah....

Selanjutnya, kami menuju warung makan dong, udah keliling hutan bakau, jalan dari jembatan menuju bibir pantai itu juga mengurus tenaga. Saatnya hunting makanan biar perut enggak protes. Mau makan apa di sini banyak sekali yang berjualan. Sepanjang bibir pantai banyak warung-warung makan yang menyediakan berbagai makanan. Ada soto, bakso, mie ayam, gecot, pecel, rujak, aneka gorengan, aneka jus, air mineral dan sebagainya. Kami berempat memesan gecot dan air mineral serta mendoan dan bakwan. Saking laparnya, damn, lupa difoto buat kasih feed Instagram. Sadar-sadar makanan sudah habis dan bersih. Wkwkwkwk . Jumlah yang kami bayar waktu itu semuanya Rp 80.000,00. Ya, masih harga wajar menurut kami. Meskipun harga lebih mahal dari warung yang bukan tempat wisata, tapi ini harganya enggak beda jauh lah. Seingat saya gecotnya itu Rp 10.000 an per porsi dan mendoan atau bakwan Rp 1.000 per buahnya. Jadi, masih umum, Guys

Perut sudah kenyang selanjutnya kami menuju ke parkiran. Hari masih cerah, belum sore, masih jam dua siang. Mau pulang kayaknya terlalu cepat, sehingga kami menuju ke timur lagi, ke pantai yang dekat dengan Pantai Ayah. Yupz, jaraknya hanya 800 meter dari Pantai Ayah. Pantai apakah itu? Tunggu cerita saya selanjutnya ya. 

Terima kasih sudah berkunjung di blog ini, sampai jumpa di lain cerita. ^^

Menikmati Senja yang Menggoda di Pantai Ayah

www.travelingku.net

Kebumen, salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang banyak pantainya. Meskipun sudah beberapa kali menyambangi pantai yang ada di Kebumen, tapi itu belum semuanya. Masih hanya sebagian kecil dari deretan pantai di pesisir selatan Jawa Tengah. Terlebih saat ini banyak sekali pantai yang masih perawan yang dikelola menjadi sebuah destinasi wisata baru. Selain masih asri, pantainya juga belum terjamah dari tangan-tangan jahil para pembuang sampah sembarangan. 

Berbeda dengan Pantai Suwuk yang memang sudah cukup lama terkenal dan menjadi salah satu andalan destinasi wisata di Kebumen, sampahnya cukup berserakan di sepanjang bibir pantai. Pun ketika kita berkunjung ke Pantai Karang Bolong, sampah-sampah masih terlihat di sepanjang pantai. Ya, kadang bisa memaklumi saja, karena sudah cukup terkenal kedua pantai tersebut.

Baca juga:



Berbicara pantai yang sudah lama dan terkenal di Kebumen seolah-olah tak akan ada habisnya, dan salah satu yang selalu menjadi buruan wisatawan, yakni Pantai Logending atau yang terkenal dengan Pantai Ayah yang terletak di Kecamatan Ayah, Kebumen. Saya sendiri sudah dua kali menyambangi pantai yang merupakan perbatasan wilayah dengan Cilacap. Yang pertama di Bulan Mei 2018 setelah ada acara gathering dengan komunitas mirc di Purwokerto. Berhubung masih siang, saya merengek ke Pak Suami untuk jalan-jalan, toh weekend bebas dong, enggak ada ganjalan besoknya masuk kerja.

Akhirnya dari Purwokerto kami langsung menuju arah selatan, dan di daerah perbatasan Banyumas, dengan Kebumen, kami berbelok kanan. Lurus mengikuti jalan yang cukup halus namun cukup sepi. Kemudian kami menemukan pertigaan yang terdapat plang. Ayah ke kanan, Buayan ke kiri. Karena kekonyolan kami, akhirnya kami ambil arah ke kiri. Damn, ini arah ke Pantai Suwuk, Guys. Dan kami terus menyusuri jalanan sepanjang Kecamatan Buayan. Jalannya oey, rusak parah sih enggak, tapi cukup membuat senam perut karena banyak yang berlubang.

Sudah hampir tiga jam di perjalanan kami belum menemukan tujuan. Dari Kecamatan Buayan itu kami lurus terus sampai menemukan Pantai Surumanis, saya pengen singgah di situ, tetapi Pak Suami enggak mau. Akhirnya kami lurus dan kami menemukan arah ke Pantai Lampon. Mau ke situ, tapi sudah pernah, jadi enggak jadi. Selanjutnya kami turun menuju Kecmatan Ayah. Ya kalau digambarkan rutenya jadi kayak huruf ‘U’ begitu. Kami berkendara mengelilingi bukit dari Kecamatan Buayan menuju Kecamatan Ayah.


Dari rute itu kami mulai lega, karena sebelumnya was-was juga takut nyasar di tengah hutan. Horor, bo! Berhubung kami capek dan waktu sudah menunjukan sekitar jam empat sore, kami berhenti untuk istirahat dan membeli minum di warung pinggir jalan. Dan ternyata itu ada arah jalan menuju Pantai Wedi Putih. Saya tanya-tanya dong ke bapak-bapak penjual minuman itu. Katanya tinggal turun ke bawah menuju Pantai Wedi Putih. Okay fix, kami coba.

Parah, parah, parah! Jalannya itu masih jalan setapak tanah yang menuruni bukit. Kami yang berboncengan motor saja enggak berani. Terus saya turun dong jalan kaki. Terus Pak Suami melaju pelan dengan mengendarari sepeda motor. Tapi setelah dirasa-rasa kok ya enggak sampai-sampai menuju Pantai Wedi Putih itu. Dan melihat ke bawah, ternyata masih cukup terjal. Selain itu, kami juga bertemu dengan sekumpulan anak-anak remaja yang naik untuk pulang. Mereka terlihat megap-megap seperti kehabisan napas. Akhirnya kami putuskan untuk naik lagi dan enggak usah ke Pantai Wedi Putih.

Dari itu, sepanjang jalan Pak Suami ngomel karena jalannya yang mengerikan, untung saja tidak terjadi apa-apa dengan kami. Dengan perasaan plong, Pak Suami mengendarai sepeda motor dengan santai. Tak terasa waktu sudah hampir petang. Melihat Pantai Ayah masih terbuka, kami pun masuk. Dan kami gratis masuk ke sini karena mungkin sudah sore kali ya?

Menikmati Sunset di Pantai Ayah
www.travelingku.net
Untung saja kami masih bisa menikmati indahnya sunset

Sambil istirahat, mengatur napas kami yang sudah tidak karuan, serta mengumpulkan puing-puing tenaga untuk pulang, kami masih beruntung menemukan sunset di Pantai Ayah. Rasanya bagaimana ya, pokoknya plong banget gitu, karena kami sebelumnya itu muter-muter di perjalanan kagak jelas. Hahaha.

Dapat menyaksikan matahari terbenam di pantai merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami. Melihat siluet jingga yang keemasan itu membuat panorama alam semakin sempurna. Tak heran, banyak juga kawula muda yang mencoba mengabadikan momen indah itu dengan kamera. Termasuk kami.

www.travelingku.net
Foto begini biar dikata romantis, hahaha


www.travelingku.net
Sebenarnya masih betah main di pantai, tapi apalah daya, kami harus pulang ke rumah

Cukup puas bermain di Pantai Ayah, sudah saatnya kami harus pulang. Iya, hari sudah gelap. Perjalanan menuju Purbalingga juga cukup memakan waktu yang tidak sedikit. Dari Pantai Ayah kurang lebihnya dua jam. Itu pun kalau cukup ngebut, berhubung sudah gelap dan jalanan yang cukup berkelok, tentu saja kami lebih pelan. Sampai rumah hampir setengah sembilan malam. Rasa lelah, lucu, konyol, dan lainnya kami simpan dalam lelapnya tidur. Dan cerita perjalanan ini bisa menghiasi blog ini juga.

Terima kasih sudah mampir di sini, dan saya masih punya cerita lagi di Pantai Ayah, yaitu pada saat libur lebaran tahun kemarin. Tunggu kelanjutan ceritanya ya, terima kasih.